Cerpen Terbaru 2012 : BOLA BLA BLA BLA

0 komentar
“kenapa harus ada bola di dunia ini sich…?” itulah gerutu yang selalu keluar dari mulut Vira setiap kali dia melihat apalagi harus terpaksa untuk ikut serta dalam olahraga ataupun permainan yang menggunakan bola sebagai medianya. Yach, Vira adalah cewek yang anti banget sama yang namanya “BOLA”. Sejak kejadian  bola yang melayang tepat diwajahnya itu, Vira selalu merasakan syok apabila dia mendapatkan lemparan bola mendadak dari orang lain. Yach, Vira phobia bola. Terkadang apabila Vira melihat suatu pertandingan sepak bola, basket, atau apapun yang berhubungan dengan bola dia selalu beranggapan “bola satu aja direbutin banyak orang, dari pada ribut, truz berujung sama perang, mending kasih satu-satu aja sana. Pusing liatnya,  ribet amat.”
Sedang Nanda, cowok yang satu ini adalah penggila olahraga bola, terutama basket. Bahkan dia adalah atlet basket dari salah satu klub ternama di kotanya, sudah tak terhitung berapa kali dia memenangkan kejuaraan basket, dan kini diapun menjadi pelatih basket di salah satu sekolah menengah pertama di kotanya. “tak ada hidup tanpa permainan bola basket” itulah kata yang tak pernah lupa dia ucapkan ketika bertemu dengan bola basket.

Vira dan Nanda adalah mahasiswa satu kampus tetapi beda jurusan. Mereka dipertemukan di sebuah acara kampus yang mengharuskan para pesertanya untuk tinggal di asrama kampus selama 1 minggu tanpa membawa satupun alat komunikasi, sedang Vira dan Nanda menempati kelas yang sama. Hari pertama mereka menjalani acara tersebut, Kak Wales selaku pendamping kelas menyuruh para peserta untuk memperkenalkan diri dengan konsep permainan, dan bola adalah media permainannya. Spontan Vira langsung protes “kak, apa gag ada media lain selain menggunakan bola ya..?” “untuk kali ini media yang digunakan adalah bola” dan Vira pun mulai menggerutu “kenapa sih harus ada bola didunia ini..?” dan pernyataan itu ditanggapi oleh teman sebelah Vira yang tak sengaja mendengarnya “ya itu takdir, jadi terima aja deh” dan Vira pun langsung diam dibuatnya. Permainanpun dimulai, dalam hati Vira berdo`a “semoga tak ada satu orangpun yang ngelempar bola kearahku ya Tuhan.!”, kali ini giliran Nanda yang mendapatkan bola dan diapun memperkenalkan dirinya “perkenalkan, nama saya Nanda Dwi Ramdhan jurusan akademi keperawatan, asal dari daerah ini aja, Surabaya city”. 

Sayang do`a Vira tadi tak dapat terkabulkan, karena setelah Nanda yang mendapat giliran memperkenalkan diri langsung melemparkan bola yang dipegangnya ke arah Vira, sontak Vira menerima bola itu dalam keadaan syok dengan ekspresi seperti orang yang baru menerima kabar bahwa yang dipegang itu adalah boom, waah. Melihat hal itu, Rika teman sebelahnya langsung membisiki Vira “hei Vir, kog malah diem sih…? Udah buruan perkenalkan dirimu sana…! Yang lain pada nunggu tuh” seketika itu Virapun sadar dan mulai memperkenalkan dirinya “perkenalkan nama saya Vira Yuniar jurusan pendidikan bahasa indonesia dan saya dari tadi” ucapnya polos, mendengar ucapan Vira itu hampir semua teman sekelasnya tertawa “eh maaph, maksud saya dari lombok.” Mendengar klarifikasi dari Vira, Nanda pun tak bisa menahan dirinya untuk ikut menceloteh Vira “oalah dari Lombok, kalau saya dari terasi neng.” Ucapnya berlagak polos, seketika itupun tawa teman-teman sekelas mereka bertambah parah hingga terpaksa Kak Walespun berusaha untuk mengkondisikan kelas tersebut. Tatapan tajam Vira luncurkan untuk Nanda, spontan Nanda langsung mengacungkan dua jarinya dan berkata “hehehe, peace” dan Vira mengekspresikan wajah cemberutnya dengan memancungkan bibirnya, Nanda yang melihatnya hanya bisa tertawa geli dibuatnya. 

Hari kedua dan ketiga sepertinya bukan hari keberuntungan Vira. Pasalnya selama hari itu setiap ada permainan refreshing, media yang digunakan selalu bola, bola, dan bola. Meski ukurannya yang selalu berbeda, tetap saja itu namanya BOLA, dan Vira sangat membencinya. Melihat tingkah laku yang diperlihatkan Vira ketika berhadapan dengan bola, Nanda, Rafa dan Faris mulai curiga dengan tingkah laku Vira, hingga akhirnya mereka tak bisa menahan rasa ingin tahunya. “sebenernya kamu kenapa sih Vir..? setiap kali dapet lemparan bola selalu menerimanya dengan ekspresi kayak orang takut gitu” Tanya Rafa disela waktunya. “hmz, benci aja kalo liat bola.” Jawabya simple yang akhirnya mengundang pertanyaan-pertanyaan lain untuk Vira, dan seakan Vira kali ini mendapat masalah besar sedang menimpanya hingga menghadap tiga hakim sekaligus untuk mengintrogasi, sialnya Vira tak bisa keluar dari situasi ini dan akhirnya harus terpaksa menjawab sejuta pertanyaan yang menhujaninya. Hingga ketiga cowok itupun mengambil sebuah kesimpulan “ternyata Vira phobia bola”. Meski Nanda tergolong cowok jail, tetapi dia sedikit menghargai Vira yang phobia bola itu. Terkadang Rafa dan Faris menjahili Vira dengan tiba-tiba melemparinya dengan bola, sontak Vira langsung marah, dan Nanda langsung membela Vira yang saat itu memang membutuhkan sebuah bantuan. “kalian itu gimana sih, udah tau si Vira phobia sama bola, kenapa malah kalian jahilin kayak gini. Kasian tuh..!” omel Nanda kepada teman-temannya itu, “ehm, cie cie… kayaknya bakal ada udang dibalik rempeyek nih..!” satu cara Faris untuk mencoba mengalihkan pembicaraan, “wah, enak tuh. Bagi dong rempeyeknya…! Krenyes, krenyes, kresyes.hahaha.” tambah Rafa. “udah deh Vir, gag usah diladenin dua cowok iseng ini. Balik ke kelas yuk, keburu dapet point dari Kak Wales ntar lo` kita masuk kelasnya telat.” Untuk pertama kalinya. Nanda, cowok iseng yang beberapa hari ini selalu mengusili kehidupan Vira itu membela dan mengeluarkan Vira dari situasi yang sangat dia benci ini (bertemu dengan bola), tanpa berfikir panjang akhirnya Nanda meraih tangan Vira dan pergi meninggalkan dua cowok iseng itu dan langsung memasuki kelas materi.
Hari keempat Vira merasa bahwa hari ini adalah hari yang menyenangkan, karena tak ada bola yang harus terpaksa dia mainkan. Namun untuk materi hari ini adalah tentang sebuah perenungan ada yang bilang sich hipnoterapy. Saat itu Kak Wales mulai memutarkan sebuah video tentang perjuangan kedua orang tua untuk menunjang kehidupan anak-anaknya, begitu mengharukan. Dimana kedua orang tua tersebut mengorbankan apapun yang mereka miliki, hanya untuk kebahagiaan anaknya. Seorang Ayah yang selalu berusaha tegas dihadapan anak-anaknya, tanpa mereka tahu beliau melakukan hal seperti itu hanya untuk melihat anaknya juga menjadi orang yang selalu tegar dalam menjalani kehidupan, dan Ibu, seseorang yang selalu mendampingi dan memberikan kasih sayang sepenuh hatinya, meski sang anak terkadang bertindak sedikit kurang ajar terhadapnya. Ibu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, meski terkadang sang anak tak pernah menghargai perjuangannya. Tak terasa air mata Vira mengalir begitu saja, dia teringat akan kedua orang tuanya yang terpaksa harus dia tinggal demi meraih cita-citanya menjadi seorang guru bahasa indonesia. Vira berfikir, andai saat ini secara tiba-tiba kedua orang tuanya datang menjenguknya disini, mungkin Vira langsung memeluk dan mencium orang tuanya itu. Karena baru dia sadari, betapa pentingnya arti kehadiran mereka selama ini, tetapi betapa bodohnya Vira yang selama ini terlalu sering membangkang orang tuannya. 


Sekali lagi dia berfikir, seandainya orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini lagi, pasti betapa menyesalnya dia sebagai anak yang belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya itu. Air mata Vira kini semakin mengalir deras dipipinya, tanpa sadar Vira tak kuat menahan tubuhnya hingga direbahkannya kepundak Rika yang saat itu duduk disebelahnya. Nanda yang memperhatikan hal itu langsung menghampiri Vira, perlahan dia duduk disebelah Vira “sudahlah, tak ada yang perlu disesali. Toh semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus memberikan yang terbaik untuk bisa membahagiakan mereka, mereka tak butuh tangisanmu Vira, mereka hanya ingin melihatmu berhasil untuk meraih masa depanmu kelak. Semangat ea..! tunjukkan pada orang tuamu, kalau kamu bisa membahagiakan mereka” ucapnya sambil menepuk bahu Vira. Tanpa Vira sadar, perlahan dia merasa memiliki sebuah ketegaran, hingga dia menghentikan tangisnya dan berkata dalam hati “Ma, Pa, doakan Vira disini yach. Vira sayang kalian berdua” dan akhirnya Vira bangkit dan izin keluar kelas menuju kamar mandi untuk menghapus bekas-bekas air mata yang ada di pelupuk matanya.
Sejak kejadian tersebut, kini Nanda dan Vira mulai dekat, mereka sering istirahat bersama meski tak hanya berdua. Dan hari ini adalah hari terakhir mereka mengikuti kegiatan wajib kampus, “adik-adik, hari ini adalah hari terakhir kita di kegiatan wajib kampus ini. Semoga setelah ini kita masih bisa menjalin hubungan silaturahmi, kita harus sering ngada`in kumpul bersama ya, biar hubungan ini tak bisa hanya cukup disini saja.” Ucap Kak Wales disela waktu, spontan tiba-tiba Nanda mengacungkan tangannya dan berkata “Kak, kata Vira tadi, dia masih mau tinggal disini 3 bulan lagi. Jadi khusus buat Vira gag usah dilulusin deh..! hehehe” sontak Vira yang mendengar hal itu langsung protes “heh, enak aja. Gag kuliah-kuliah dong aku ntar. Kenapa gag sekalian setahun lagi aja tinggal disini..? biar lebih puas” “wah, kalo` itu mau kamu ya tambah bagus tuh.” Ledek Nanda, sekali lagi ekspresi mendengus Vira lihatkan kepada Nanda, dan Nanda pun seakan terlihat begitu senang telah berhasil membuat ekspresi Vira yang tiba-tiba berubah manyun itu. “cie cie, bilang aja Nan kalo masih pengen bareng-bareng Vira terus” ledek Farid “iya dong, kan sekarang si Nanda dan Vira sedang ada udang dibalik rempeyek tuh. Gag bakal kuat dech, kalo tiba-tiba langsung dipisahin gitu aja” tambah Rafa yang seakan membela Farid “udah Nan, sabet aja. Mumpung doi ada disini..” kini Rikapun mulai ikutan meledek Nanda dan Vira. Disaat itu Vira pipi Vira langsung memerah dan mencubit lengan Rika yang kebetulan memang dari pertama selalu duduk disampingnya. Melihat tingkah laku Vira, Nandapun lansung mengembangkan senyumnya. “sudah-sudah, disini bukan ajang untuk mencari pasangan.” Tandas Kak Wales menghentikan pembicaraan itu.

Beberapa jam sebelum perpisahan, Vira, Rika, dan Wati sedang duduk dipojokan kelas. Tiba-tiba datang Rafa menghampiri Wati yang sebenarnya Vira tahu bahwa si Reki selama ini memperhatikan dan sepertinya sih tertarik tuh sama Wati. “sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya” nyanyian Vira mengagetkan Wati yang sedang asyik ngobrol sama si Rafa. “Eghm, akhu cemburu lho..!” goda Vira selanjutnya pada Wati. “apa`an sih Vir..?” responnya sambil tersipu malu. “haduh Vira, udah deh gag usah gangguin si Wati, kita sebagai trio kancil gini harusnya seneng kalo salah satu dari kita ada yang lagi.. ehem ehem..” dengan sedikit melirik Wati, dan Virapun dibawanya sedikit menjauh dari Wati, lebih tepatnya semakin mojok aja ke tembok. Tak beberapa lama kemudian Faris datang menghampiri Rika dan mengajaknya ngobrol juga, saking asyiknya Vira yang ada disana sampai merasa jadi obat nyamuk alias orang tak dianggap tuh. “eheem, terus ajah dicuekin gini” sambil menengadahkan tangan “Ya Allah, sabarkanlah hati hamba ini untuk menerima semuanya, huh sendiri lagi deh.” Kata Vira sendiri dan wajah manyunnya mulai berekspresi. “haduh saioong, seneng dikit napa liat temennya yang lagi seneng” bisik Rika pada Vira, seakan takut rasa tertariknya slama ini pada Faris bakalan terbongkar. “iyadeh seneng seneng aku..!” senyumnya sedikit terpaksa.
Ternyata tak lama Vira menyendiri memojokkan diri datang si Nanda menghampirinya, “ya`elah non, gag usah sedih gitu napa..! takut banget sih kalo pisah sama Nanda. Hehehe” “heh..! sedih pisah sama kamu..? GR banget sih kamu” reflek Vira sedikit memukul bahu Nanda, dan entah mengapa senyumnya langsung mengembang. “hmm, gitu dong. Senyum..! gag manyu aja dari tadi” “hehehe… abisnya sebel sih liat tuh anak dua nyuekin aku, lupa mereka kalo punya temen kayak aku gini. Dasar temen-temen durhaka..!” “hah..! emang ada temen durhaka..? hahaha, baru tau gini aku” “agh kamu ini Nan, itu kata-kata baru tau`. Sekarang bukan cuma anak aja yang durhaka. Temen kayak mereka tuh bisa juga namanya teman durhaka. hehe” “agh, itu kata-kata kamu ndiri aja Vir. Aneh-aneh aja sih” kata Nanda sambil mengusap-usap kepala Vira. Dan akhirnya obrolan mereka menjadi bertambah seru ketika Wati, Rafa, Rika dan Faris ikut bergabung. “Hmz, gag nyangka ya uda seminggu kita disini” kata Rafa. “iya yah. Tinggal beberapa jam lagi kita pisah and kembali ke habitat masingmasing deh” sahut Rika. “Vira Vira, nanti kalo udah nyampek kost masing-masing aku sms kamu ya..!” ucap Nanda tiba-tiba “hmz, sms gimana ini..?” “ntar aku bilang gini, hai Vir ini Nanda..!” paparnya dengan ekspresi sok imut “OK. Ntar aku balesnya, Hmz, Nanda siapa yah..?” jawabnya sambil sok mikir-mikir. “ouh gitu, gag pren nih. Okkeh. Lo gue end..!” ekspresi Nanda sok ngambek. “hahaha.. gag gag. Lo gue pren..! okeh cuy..! hehe..” goda Vira sambil memamerkan senyum yang diusaha`in untuk dimanis-manisin, hehehe. “haduuhh, tau deh tau. Yang lagi kasmaran…!” alih Faris. “heh, kata siapa..?” ucap Nanda dan Vira secara bersamaan, dan mreka akhirnya saling bertatapan. “ce`ela…” endingnya teman-teman Vira pun saling menggoda Nanda dan Vira ini.

Waktu perpisahanpun kini akhirnya benar-benar datang. Kak Wales selaku pendamping kelas mereka pertama-tama meminta maaf atas apa yang dilakukan selama ini entah itu secara sengaja ataupun tidak disengajanya, dan dilanjutkan dengan acara saling bersalam-salaman antar teman sekelas. Pas Vira sedang bersalaman dengan Nanda “ I Love You Vira..” what..? Nanda akhirnya menembak Vira. “heh..? apa-apa`an sih Nan..? gag ngerti maksudnya..?” ucap Vira karena merasa tak yakin dengan apa yang maksud cowok satu ini yang tiba-tiba dalam keadaan seperti ini menyatakan perasaannya. “nanti aku jelasin semuanya.” Jawab Nanda. Setelah semua acara bubar dan benar-benar berakhir.
“Aku sayang kamu Vir.” Ucap Nanda didepan asrama. “untuk satu minggu ini, kamu cukup berhasil buat aku merasa seneng dan tertarik sama kamu.” Jawab Vira. “apa yang aku rasa`in sama seperti apa yang aku rasa`in Vir..?” ucap Nanda sambil memegang jemari Vira. Dan Vira hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyumannya yang kini terlihat begitu tulus. “jadi, apa kamu mau jadi…” “stop..!” putus Vira dan langsung melepas genggaman Nanda. “Nanda, aku sayang kamu. Tapi tak berarti kita harus pacaran kan..?” “maksud kamu..?” “maaf  Nan. Aku menyangangimu slama ini, maaf. Hanya sebatas aku berusaha menjalin persahabatan dengan semuanya. Aku juga sayang sama Rafa, Faris dan teman-teman dikelas lainnya. Jadi kalau aku sayang bukan berarti aku mencintaimu kan..? dan aku rasa satu minggu itu waktu yang terlalu pendek untuk menumbuhkan cinta, bukan mustahil kalau kita memulai hubungan secara cepat itu akan berakhir cepat pula.” “ya tapi gag semuanya seperti itu Vira.” “aku tau, tapi memang kebanyakan seperti itu kan..?” dan Vira memegang tangan Nanda “Nanda. Aku pengen kamu tetap menjadi sahabat aku, karena sampai kapanpun persahabatan tak akan pernah bisa putus. Aku harap itu yang akan terjadi pada kita berdua. Karna gag akan ada yang namanya mantan sahabat di muka bumi ini. Aku ingin kamu tetap disini. Disamping aku tanpa pernah ada kata putus ataupun perpisahan. Aku terlalu takut untuk ini semua Nan. Kamu bisa ngerti aku..?” “takut kenapa Vir..?” “aku terlalu takut buat kehilangan kamu Nan.” Jawabnya sambil tertunduk. “jadi maksud kamu sekarang gimana..?” “aku pengen kamu sama aku tetap menjalin persahabatan. Kalau toh kita berjodoh, kita bakal dipersatukan kan Nanda. Makasih buat satu minggu yang sangat mengesankan buat aku Nan. Satu minggu yang penuh kenangan.” Ucapnya sambil tersenyum. “hhhmm. Okelah kalau memang itu mau kamu Vir. Harus kamu tahu yah. Aku sayang kamu dan rasa itu gag bakal berubah sampai kapanpun Vir. I Love You Vira” “aku juga mencintaimu Nanda. Jangan pernah tinggalin aku yah..!” “janji deh. Gag bakalan kog Vira” “makasih Nan.” Dan merekapun akhirnya berpelukan.

“Vira..! cepet dikit donk. Busnya dari tadi Cuma nunguin kamu aja tau`. Di tinggal neh..!” teriak Wati dari kejauhan. “iya iya. Ini udah selesai kog cil” jawab Vira berbalik teriak. “cil..?” Tanya Nanda heran “hehehe.. iya q, Wati sama Rika itu kan trio kancil” “huh, dasar cewek-cewek aneh” ledek Nanda sambil mengusap kepala Vira. “hehehe… yaudah aku balik dulu ya Nan. Sampai juga dikampus ya..!” “ukeh deh Vira kancil. Hehehe.”  

Virapun kembali pada kehidupan sebelumnya, bersama teman-temannya dan tentunya membawa Nanda sebagai, hmz… apanya ya..?!? agh, biarlah orang lain berkata apa. Aku lho cuek. Hahaha… :D

SEKIAN…

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2011 Aseli Madiun.
Blogger Template by Noct. Free Download Blogger Template