“kenapa
harus ada bola di dunia ini sich…?” itulah gerutu yang selalu keluar
dari mulut Vira setiap kali dia melihat apalagi harus terpaksa untuk
ikut serta dalam olahraga ataupun permainan yang menggunakan bola
sebagai medianya. Yach, Vira adalah cewek yang anti banget sama yang
namanya “BOLA”. Sejak kejadian bola yang melayang tepat diwajahnya itu,
Vira selalu merasakan syok apabila dia mendapatkan lemparan bola
mendadak dari orang lain. Yach, Vira phobia bola. Terkadang apabila Vira
melihat suatu pertandingan sepak bola, basket, atau apapun yang
berhubungan dengan bola dia selalu beranggapan “bola satu aja direbutin
banyak orang, dari pada ribut, truz berujung sama perang, mending kasih
satu-satu aja sana. Pusing liatnya, ribet amat.”
Sedang
Nanda, cowok yang satu ini adalah penggila olahraga bola, terutama
basket. Bahkan dia adalah atlet basket dari salah satu klub ternama di
kotanya, sudah tak terhitung berapa kali dia memenangkan kejuaraan
basket, dan kini diapun menjadi pelatih basket di salah satu sekolah
menengah pertama di kotanya. “tak ada hidup tanpa permainan bola basket”
itulah kata yang tak pernah lupa dia ucapkan ketika bertemu dengan bola
basket.
Sayang do`a Vira tadi tak dapat terkabulkan, karena setelah Nanda yang mendapat giliran memperkenalkan diri langsung melemparkan bola yang dipegangnya ke arah Vira, sontak Vira menerima bola itu dalam keadaan syok dengan ekspresi seperti orang yang baru menerima kabar bahwa yang dipegang itu adalah boom, waah. Melihat hal itu, Rika teman sebelahnya langsung membisiki Vira “hei Vir, kog malah diem sih…? Udah buruan perkenalkan dirimu sana…! Yang lain pada nunggu tuh” seketika itu Virapun sadar dan mulai memperkenalkan dirinya “perkenalkan nama saya Vira Yuniar jurusan pendidikan bahasa indonesia dan saya dari tadi” ucapnya polos, mendengar ucapan Vira itu hampir semua teman sekelasnya tertawa “eh maaph, maksud saya dari lombok.” Mendengar klarifikasi dari Vira, Nanda pun tak bisa menahan dirinya untuk ikut menceloteh Vira “oalah dari Lombok, kalau saya dari terasi neng.” Ucapnya berlagak polos, seketika itupun tawa teman-teman sekelas mereka bertambah parah hingga terpaksa Kak Walespun berusaha untuk mengkondisikan kelas tersebut. Tatapan tajam Vira luncurkan untuk Nanda, spontan Nanda langsung mengacungkan dua jarinya dan berkata “hehehe, peace” dan Vira mengekspresikan wajah cemberutnya dengan memancungkan bibirnya, Nanda yang melihatnya hanya bisa tertawa geli dibuatnya.
Hari
kedua dan ketiga sepertinya bukan hari keberuntungan Vira. Pasalnya
selama hari itu setiap ada permainan refreshing, media yang digunakan
selalu bola, bola, dan bola. Meski ukurannya yang selalu berbeda, tetap
saja itu namanya BOLA, dan Vira sangat membencinya. Melihat tingkah laku
yang diperlihatkan Vira ketika berhadapan dengan bola, Nanda, Rafa dan
Faris mulai curiga dengan tingkah laku Vira, hingga akhirnya mereka tak
bisa menahan rasa ingin tahunya. “sebenernya kamu kenapa sih Vir..?
setiap kali dapet lemparan bola selalu menerimanya dengan ekspresi kayak
orang takut gitu” Tanya Rafa disela waktunya. “hmz, benci aja kalo liat
bola.” Jawabya simple yang akhirnya mengundang pertanyaan-pertanyaan
lain untuk Vira, dan seakan Vira kali ini mendapat masalah besar sedang
menimpanya hingga menghadap tiga hakim sekaligus untuk mengintrogasi,
sialnya Vira tak bisa keluar dari situasi ini dan akhirnya harus
terpaksa menjawab sejuta pertanyaan yang menhujaninya. Hingga ketiga
cowok itupun mengambil sebuah kesimpulan “ternyata Vira phobia bola”.
Meski Nanda tergolong cowok jail, tetapi dia sedikit menghargai Vira
yang phobia bola itu. Terkadang Rafa dan Faris menjahili Vira dengan
tiba-tiba melemparinya dengan bola, sontak Vira langsung marah, dan
Nanda langsung membela Vira yang saat itu memang membutuhkan sebuah
bantuan. “kalian itu gimana sih, udah tau si Vira phobia sama bola,
kenapa malah kalian jahilin kayak gini. Kasian tuh..!” omel Nanda kepada
teman-temannya itu, “ehm, cie cie… kayaknya bakal ada udang dibalik
rempeyek nih..!” satu cara Faris untuk mencoba mengalihkan pembicaraan,
“wah, enak tuh. Bagi dong rempeyeknya…! Krenyes, krenyes,
kresyes.hahaha.” tambah Rafa. “udah deh Vir, gag usah diladenin dua
cowok iseng ini. Balik ke kelas yuk, keburu dapet point dari Kak Wales
ntar lo` kita masuk kelasnya telat.” Untuk pertama kalinya. Nanda, cowok
iseng yang beberapa hari ini selalu mengusili kehidupan Vira itu
membela dan mengeluarkan Vira dari situasi yang sangat dia benci ini
(bertemu dengan bola), tanpa berfikir panjang akhirnya Nanda meraih
tangan Vira dan pergi meninggalkan dua cowok iseng itu dan langsung
memasuki kelas materi.
Hari
keempat Vira merasa bahwa hari ini adalah hari yang menyenangkan,
karena tak ada bola yang harus terpaksa dia mainkan. Namun untuk materi
hari ini adalah tentang sebuah perenungan ada yang bilang sich
hipnoterapy. Saat itu Kak Wales mulai memutarkan sebuah video tentang
perjuangan kedua orang tua untuk menunjang kehidupan anak-anaknya,
begitu mengharukan. Dimana kedua orang tua tersebut mengorbankan apapun
yang mereka miliki, hanya untuk kebahagiaan anaknya. Seorang Ayah yang
selalu berusaha tegas dihadapan anak-anaknya, tanpa mereka tahu beliau
melakukan hal seperti itu hanya untuk melihat anaknya juga menjadi orang
yang selalu tegar dalam menjalani kehidupan, dan Ibu, seseorang yang
selalu mendampingi dan memberikan kasih sayang sepenuh hatinya, meski
sang anak terkadang bertindak sedikit kurang ajar terhadapnya. Ibu yang
selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, meski
terkadang sang anak tak pernah menghargai perjuangannya. Tak terasa air
mata Vira mengalir begitu saja, dia teringat akan kedua orang tuanya
yang terpaksa harus dia tinggal demi meraih cita-citanya menjadi seorang
guru bahasa indonesia. Vira berfikir, andai saat ini secara tiba-tiba
kedua orang tuanya datang menjenguknya disini, mungkin Vira langsung
memeluk dan mencium orang tuanya itu. Karena baru dia sadari, betapa
pentingnya arti kehadiran mereka selama ini, tetapi betapa bodohnya Vira
yang selama ini terlalu sering membangkang orang tuannya.
Sekali lagi dia berfikir, seandainya orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini lagi, pasti betapa menyesalnya dia sebagai anak yang belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya itu. Air mata Vira kini semakin mengalir deras dipipinya, tanpa sadar Vira tak kuat menahan tubuhnya hingga direbahkannya kepundak Rika yang saat itu duduk disebelahnya. Nanda yang memperhatikan hal itu langsung menghampiri Vira, perlahan dia duduk disebelah Vira “sudahlah, tak ada yang perlu disesali. Toh semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus memberikan yang terbaik untuk bisa membahagiakan mereka, mereka tak butuh tangisanmu Vira, mereka hanya ingin melihatmu berhasil untuk meraih masa depanmu kelak. Semangat ea..! tunjukkan pada orang tuamu, kalau kamu bisa membahagiakan mereka” ucapnya sambil menepuk bahu Vira. Tanpa Vira sadar, perlahan dia merasa memiliki sebuah ketegaran, hingga dia menghentikan tangisnya dan berkata dalam hati “Ma, Pa, doakan Vira disini yach. Vira sayang kalian berdua” dan akhirnya Vira bangkit dan izin keluar kelas menuju kamar mandi untuk menghapus bekas-bekas air mata yang ada di pelupuk matanya.
Sekali lagi dia berfikir, seandainya orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini lagi, pasti betapa menyesalnya dia sebagai anak yang belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya itu. Air mata Vira kini semakin mengalir deras dipipinya, tanpa sadar Vira tak kuat menahan tubuhnya hingga direbahkannya kepundak Rika yang saat itu duduk disebelahnya. Nanda yang memperhatikan hal itu langsung menghampiri Vira, perlahan dia duduk disebelah Vira “sudahlah, tak ada yang perlu disesali. Toh semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus memberikan yang terbaik untuk bisa membahagiakan mereka, mereka tak butuh tangisanmu Vira, mereka hanya ingin melihatmu berhasil untuk meraih masa depanmu kelak. Semangat ea..! tunjukkan pada orang tuamu, kalau kamu bisa membahagiakan mereka” ucapnya sambil menepuk bahu Vira. Tanpa Vira sadar, perlahan dia merasa memiliki sebuah ketegaran, hingga dia menghentikan tangisnya dan berkata dalam hati “Ma, Pa, doakan Vira disini yach. Vira sayang kalian berdua” dan akhirnya Vira bangkit dan izin keluar kelas menuju kamar mandi untuk menghapus bekas-bekas air mata yang ada di pelupuk matanya.
Sejak
kejadian tersebut, kini Nanda dan Vira mulai dekat, mereka sering
istirahat bersama meski tak hanya berdua. Dan hari ini adalah hari
terakhir mereka mengikuti kegiatan wajib kampus, “adik-adik, hari ini
adalah hari terakhir kita di kegiatan wajib kampus ini. Semoga setelah
ini kita masih bisa menjalin hubungan silaturahmi, kita harus sering
ngada`in kumpul bersama ya, biar hubungan ini tak bisa hanya cukup
disini saja.” Ucap Kak Wales disela waktu, spontan tiba-tiba Nanda
mengacungkan tangannya dan berkata “Kak, kata Vira tadi, dia masih mau
tinggal disini 3 bulan lagi. Jadi khusus buat Vira gag usah dilulusin
deh..! hehehe” sontak Vira yang mendengar hal itu langsung protes “heh,
enak aja. Gag kuliah-kuliah dong aku ntar. Kenapa gag sekalian setahun
lagi aja tinggal disini..? biar lebih puas” “wah, kalo` itu mau kamu ya
tambah bagus tuh.” Ledek Nanda, sekali lagi ekspresi mendengus Vira
lihatkan kepada Nanda, dan Nanda pun seakan terlihat begitu senang telah
berhasil membuat ekspresi Vira yang tiba-tiba berubah manyun itu. “cie
cie, bilang aja Nan kalo masih pengen bareng-bareng Vira terus” ledek
Farid “iya dong, kan sekarang si Nanda dan Vira sedang ada udang dibalik
rempeyek tuh. Gag bakal kuat dech, kalo tiba-tiba langsung dipisahin
gitu aja” tambah Rafa yang seakan membela Farid “udah Nan, sabet aja.
Mumpung doi ada disini..” kini Rikapun mulai ikutan meledek Nanda dan
Vira. Disaat itu Vira pipi Vira langsung memerah dan mencubit lengan
Rika yang kebetulan memang dari pertama selalu duduk disampingnya.
Melihat tingkah laku Vira, Nandapun lansung mengembangkan senyumnya.
“sudah-sudah, disini bukan ajang untuk mencari pasangan.” Tandas Kak
Wales menghentikan pembicaraan itu.
Beberapa
jam sebelum perpisahan, Vira, Rika, dan Wati sedang duduk dipojokan
kelas. Tiba-tiba datang Rafa menghampiri Wati yang sebenarnya Vira tahu
bahwa si Reki selama ini memperhatikan dan sepertinya sih tertarik tuh
sama Wati. “sesungguhnya ku tak rela jika kau tetap bersama dirinya”
nyanyian Vira mengagetkan Wati yang sedang asyik ngobrol sama si Rafa.
“Eghm, akhu cemburu lho..!” goda Vira selanjutnya pada Wati. “apa`an sih
Vir..?” responnya sambil tersipu malu. “haduh Vira, udah deh gag usah
gangguin si Wati, kita sebagai trio kancil gini harusnya seneng kalo
salah satu dari kita ada yang lagi.. ehem ehem..” dengan sedikit melirik
Wati, dan Virapun dibawanya sedikit menjauh dari Wati, lebih tepatnya
semakin mojok aja ke tembok. Tak beberapa lama kemudian Faris datang
menghampiri Rika dan mengajaknya ngobrol juga, saking asyiknya Vira yang
ada disana sampai merasa jadi obat nyamuk alias orang tak dianggap tuh.
“eheem, terus ajah dicuekin gini” sambil menengadahkan tangan “Ya
Allah, sabarkanlah hati hamba ini untuk menerima semuanya, huh sendiri
lagi deh.” Kata Vira sendiri dan wajah manyunnya mulai berekspresi.
“haduh saioong, seneng dikit napa liat temennya yang lagi seneng” bisik
Rika pada Vira, seakan takut rasa tertariknya slama ini pada Faris
bakalan terbongkar. “iyadeh seneng seneng aku..!” senyumnya sedikit
terpaksa.
Ternyata
tak lama Vira menyendiri memojokkan diri datang si Nanda
menghampirinya, “ya`elah non, gag usah sedih gitu napa..! takut banget
sih kalo pisah sama Nanda. Hehehe” “heh..! sedih pisah sama kamu..? GR
banget sih kamu” reflek Vira sedikit memukul bahu Nanda, dan entah
mengapa senyumnya langsung mengembang. “hmm, gitu dong. Senyum..! gag
manyu aja dari tadi” “hehehe… abisnya sebel sih liat tuh anak dua
nyuekin aku, lupa mereka kalo punya temen kayak aku gini. Dasar
temen-temen durhaka..!” “hah..! emang ada temen durhaka..? hahaha, baru
tau gini aku” “agh kamu ini Nan, itu kata-kata baru tau`. Sekarang bukan
cuma anak aja yang durhaka. Temen kayak mereka tuh bisa juga namanya
teman durhaka. hehe” “agh, itu kata-kata kamu ndiri aja Vir. Aneh-aneh
aja sih” kata Nanda sambil mengusap-usap kepala Vira. Dan akhirnya
obrolan mereka menjadi bertambah seru ketika Wati, Rafa, Rika dan Faris
ikut bergabung. “Hmz, gag nyangka ya uda seminggu kita disini” kata
Rafa. “iya yah. Tinggal beberapa jam lagi kita pisah and kembali ke
habitat masingmasing deh” sahut Rika. “Vira Vira, nanti kalo udah
nyampek kost masing-masing aku sms kamu ya..!” ucap Nanda tiba-tiba
“hmz, sms gimana ini..?” “ntar aku bilang gini, hai Vir ini Nanda..!”
paparnya dengan ekspresi sok imut “OK. Ntar aku balesnya, Hmz, Nanda
siapa yah..?” jawabnya sambil sok mikir-mikir. “ouh gitu, gag pren nih.
Okkeh. Lo gue end..!” ekspresi Nanda sok ngambek. “hahaha.. gag gag. Lo
gue pren..! okeh cuy..! hehe..” goda Vira sambil memamerkan senyum yang
diusaha`in untuk dimanis-manisin, hehehe. “haduuhh, tau deh tau. Yang
lagi kasmaran…!” alih Faris. “heh, kata siapa..?” ucap Nanda dan Vira
secara bersamaan, dan mreka akhirnya saling bertatapan. “ce`ela…”
endingnya teman-teman Vira pun saling menggoda Nanda dan Vira ini.
Waktu
perpisahanpun kini akhirnya benar-benar datang. Kak Wales selaku
pendamping kelas mereka pertama-tama meminta maaf atas apa yang
dilakukan selama ini entah itu secara sengaja ataupun tidak
disengajanya, dan dilanjutkan dengan acara saling bersalam-salaman antar
teman sekelas. Pas Vira sedang bersalaman dengan Nanda “ I Love You
Vira..” what..? Nanda akhirnya menembak Vira. “heh..? apa-apa`an sih
Nan..? gag ngerti maksudnya..?” ucap Vira karena merasa tak yakin dengan
apa yang maksud cowok satu ini yang tiba-tiba dalam keadaan seperti ini
menyatakan perasaannya. “nanti aku jelasin semuanya.” Jawab Nanda.
Setelah semua acara bubar dan benar-benar berakhir.
“Aku
sayang kamu Vir.” Ucap Nanda didepan asrama. “untuk satu minggu ini,
kamu cukup berhasil buat aku merasa seneng dan tertarik sama kamu.”
Jawab Vira. “apa yang aku rasa`in sama seperti apa yang aku rasa`in
Vir..?” ucap Nanda sambil memegang jemari Vira. Dan Vira hanya
menjawabnya dengan anggukan dan senyumannya yang kini terlihat begitu
tulus. “jadi, apa kamu mau jadi…” “stop..!” putus Vira dan langsung
melepas genggaman Nanda. “Nanda, aku sayang kamu. Tapi tak berarti kita
harus pacaran kan..?” “maksud kamu..?” “maaf Nan. Aku menyangangimu
slama ini, maaf. Hanya sebatas aku berusaha menjalin persahabatan dengan
semuanya. Aku juga sayang sama Rafa, Faris dan teman-teman dikelas
lainnya. Jadi kalau aku sayang bukan berarti aku mencintaimu kan..? dan
aku rasa satu minggu itu waktu yang terlalu pendek untuk menumbuhkan
cinta, bukan mustahil kalau kita memulai hubungan secara cepat itu akan
berakhir cepat pula.” “ya tapi gag semuanya seperti itu Vira.” “aku tau,
tapi memang kebanyakan seperti itu kan..?” dan Vira memegang tangan
Nanda “Nanda. Aku pengen kamu tetap menjadi sahabat aku, karena sampai
kapanpun persahabatan tak akan pernah bisa putus. Aku harap itu yang
akan terjadi pada kita berdua. Karna gag akan ada yang namanya mantan
sahabat di muka bumi ini. Aku ingin kamu tetap disini. Disamping aku
tanpa pernah ada kata putus ataupun perpisahan. Aku terlalu takut untuk
ini semua Nan. Kamu bisa ngerti aku..?” “takut kenapa Vir..?” “aku
terlalu takut buat kehilangan kamu Nan.” Jawabnya sambil tertunduk.
“jadi maksud kamu sekarang gimana..?” “aku pengen kamu sama aku tetap
menjalin persahabatan. Kalau toh kita berjodoh, kita bakal dipersatukan
kan Nanda. Makasih buat satu minggu yang sangat mengesankan buat aku
Nan. Satu minggu yang penuh kenangan.” Ucapnya sambil tersenyum. “hhhmm.
Okelah kalau memang itu mau kamu Vir. Harus kamu tahu yah. Aku sayang
kamu dan rasa itu gag bakal berubah sampai kapanpun Vir. I Love You
Vira” “aku juga mencintaimu Nanda. Jangan pernah tinggalin aku yah..!”
“janji deh. Gag bakalan kog Vira” “makasih Nan.” Dan merekapun akhirnya
berpelukan.
“Vira..!
cepet dikit donk. Busnya dari tadi Cuma nunguin kamu aja tau`. Di
tinggal neh..!” teriak Wati dari kejauhan. “iya iya. Ini udah selesai
kog cil” jawab Vira berbalik teriak. “cil..?” Tanya Nanda heran
“hehehe.. iya q, Wati sama Rika itu kan trio kancil” “huh, dasar
cewek-cewek aneh” ledek Nanda sambil mengusap kepala Vira. “hehehe…
yaudah aku balik dulu ya Nan. Sampai juga dikampus ya..!” “ukeh deh Vira
kancil. Hehehe.”
Virapun
kembali pada kehidupan sebelumnya, bersama teman-temannya dan tentunya
membawa Nanda sebagai, hmz… apanya ya..?!? agh, biarlah orang lain
berkata apa. Aku lho cuek. Hahaha… :D
SEKIAN…
0 komentar:
Posting Komentar